Kebahagiaan Sejati
Assalamualaikum.
Halo, Teman-teman. Bagaimana kabar kalian semua? Semoga selalu sehat, ya. Selalu sehat dan bahagia di dalam kebersamaan keluarga.
Dalam masa pandemi virus Corona ini, memang banyak sekali yang terhambat. Saat Ramadhan, biasanya kita melakukan tarawih dan i'tikaf di masjid, sekarang tidak bisa kita lakukan. Bahkan kemungkinan besar sholat Idul Fitri saat Syawwal nanti tidak bisa dilakukan bersama di lapangan, seperti biasa. Semuanya serba di rumah.
Benar, semua menjadi sulit saat datangnya virus Corona ini. Semuanya. Berbagai orang juga pasti pernah mengeluh karena tidak bisa keluar rumah, dengan berbagai alasan. Misalnya saya, saya juga pernah mengeluh tidak bisa keluar rumah. Saya dulu sering kali bisa berjumpa dengan sahabat saya, kini tidak lagi. Atau jadwal kopdar dengan grup, itu pun tidak bisa lagi. Atau berjalan-jalan di malam hari bersama keluarga. Itu sudah tidak bisa dilakukan lagi saat masa pandemi corona ini.
Atau dengan alasan yang lebih penting. Misalnya para pengusaha yang terpaksa menutup usaha mereka. Atau para ojek yang kesulitan mendapatkan tumpangan. Itu bisa menyulitkan ekonomi mereka. Menyulitkan kehidupan mereka.
Tapi, di dalam peliknya masa pandemi, kita bisa menuai pahala sekaligus berbagi kebahagiaan. Kita bisa sering bersedekah, berbagi makanan dan uang untuk membantu menyokong kebutuhan tetangga dan saudara kita yang kesulitan. Atau, untuk yang lebih simpel, kita bisa membantu untuk menghambat penularan virus Corona. Caranya? Tetap duduk di rumah, jangan keluar!
Kita tidak diminta banyak hal, Teman. Kita hanya diminta untuk tetap duduk di rumah, jauhi keramaian, jaga kesehatan diri. Jauhi kontak dengan orang sakit. Lakukan social distancing. Rajin mencuci tangan. Jangan lupa gunakan masker dan hand sanitizer. Hanya itu tugas kita.
Kita tidak seperti para dokter yang bersiaga di garda terdepan. Kita tidak disuruh membantu menangani para pasien yang positif Corona. Kita tidak disuruh membantu untuk merawat pasien-pasien tersebut. Kita tidak disuruh memakai APD, sahur jam sekian, buka puasa jam sekian. BAK dan BAB pun harus diatur, hanya boleh pada jam sekian dan jam sekian. Layaknya para dokter yang mengalami hal itu. Kita tidak diminta banyak. Kita hanya diminta menjaga kesehatan masing-masing, jauhi keramaian. Lakukan social distancing. Minimalkan kegiatan yang membutuhkan keluar rumah. Jaga kebersihan. Hanya itu.
Maka, seharusnya kita hanya menurut. Lakukan apa yang dianjurkan bagi kita. Seluruhnya, pasti ada kebaikan. Dengan meminimalkan kegiatan di luar rumah dan menjauhi keramaian, kita bisa membantu para dokter dan para perawat yang sedang bekerja bertaruh nyawa demi menyelamatkan pasien Corona. Kita bisa membantu mereka karena dengan duduk di rumah, itu bisa mengurangi jumlah pasien yang harus mereka tangani. Kita bisa berbagi kebahagiaan pada para dokter dan perawat dengan itu. Setidaknya pasien yang mereka tangani tidak banyak, dan jadwal mereka tidak terlalu ketat seperti sekarang.
Ayo, Teman. Cobalah berpikir dan merenungi. Kenapa saat ada PSBB, kita malah demo? Berteriak-teriak mendemonstrasikan kemarahan. Menyalahkan ini-itu. Padahal, kalau ditelisik lebih lanjut, para dokter-lah yang pantas melakukan itu. Mereka sudah bersusah-payah, bertaruh nyawa demi kita! Tapi bak kata pepatah, air susu dibalas air tuba. Kita malah membalas dengan membantah anjuran. Mengabaikan aturan. Kita malah membuat pasien Corona semakin meningkat jumlahnya. Maka, tentu saja para dokter tersebut yang layak. Pantas melakukannya. Mengadakan demo di mana-mana. Mereka punya alasan kuat untuk melakukannya.
Tapi, Teman, mereka tidak melakukan itu. Mereka tetap mengabdi pada negara. Demi kita, Teman. Walau harus menuruti aturan dan jadwal superketat, walau harus terpisah dari keluarga, mereka tetap bertahan, Teman. Mereka melakukannya demi kita. Demi para pasien Corona. Demi bangsa kita, agar semuanya tidak telanjur mati sia-sia.
Jangan remehkan kebaikan sekecil apapun, Teman. Bisa jadi, dengan hanya duduk di rumah, kamu juga membantu mengurangi jumlah sampah. Kamu bisa berpikir kreatif tatkala hendak mempunyai mainan baru. Kamu bisa menggunakan barang-barang bekas, lalu mengolahnya. Kamu mengamalkan 3R alias Reuse, Reduce dan Recycle. Kamu bisa membantu mengurangi jumlah sampah. Benar, bukan?
Ingatlah firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 216 : "Bisa jadi kamu membenci sesuatu, tapi itu amat baik bagimu. Dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, tapi itu amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sementara kamu tidak mengetahui."
Nah, bagaimana, Teman?
Kita hanya perlu mengambil pilihan pahit yang sebenarnya mudah, Teman. Kita hanya perlu memilih duduk di rumah, menjaga kebersihan dan kesehatan demi membantu mengurangi jumlah pasien Corona. Bukankah itu mudah? Tapi juga pahit karena pasti banyak sekali yang tidak bisa kita lakukan. Banyak sekali pekerjaan kita yang tertunda. Tapi itu tidak mengapa, Teman. Demi segalanya. Demi menjemput kebahagiaan sejati.
Kita bisa berbangga hati nanti, tatkala melihat keluarga, saudara dan warga sekitar bercanda ria, bercengkerama penuh keakraban, tanpa ada yang sakit. Kita bisa bilang pada diri kita, "Ini semua karena aku tidak keluar rumah, tidak mendekati keramaian."
Bukankah menyenangkan sekali, tatkala bisa melihat keramaian di sekitar, dengan penuh canda tawa? Di saat kita bisa menikmati sejuknya udara pagi, duduk bersama di taman. Bercengkerama dengan keluarga dan teman. Sambil melihat anak-anak kecil bermain bersama, penuh keceriaan.
Karena itu, mulailah berpikir! Berpikir dan bertindak-lah. Berpikirlah, apa kegiatan yang membuatmu senang, tapi juga memberikan manfaat pada sesama. Mendapat kebahagiaannya dan bisa menebar manfaat pada manusia sekaligus alam kita.
Seperti kata pepatah, berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Itu benar sekali.
Inilah saatnya kita untuk bersakit-sakit dahulu, merelakan pekerjaan yang tertunda demi menjemput kebahagiaan sejati. Kebahagiaan tatkala bisa berbagi, melihat keramaian di sekitar, bersama keluarga tercinta. Melihat dunia tetap menjelma dengan baik, tetap sehat, tetap toleran. Tanpa pertengkaran, justru selalu berbagi, saling membantu.
Wasalamualaikum.
Fatya.
Komentar
Posting Komentar