Seruan Untuk Pemimpin
Seruan
Untuk Pemimpin
By :
Fatya Bakhitah Sulaiman
Terkadang, semua yang
terjadi selama ini membuatku amat getir, getir sekali
Ya, karena semua ini
bukan pertama kali
Sudah berkali-kali, dan
seruan rakyat tak lagi dipedulikan demi harta yang tak dibawa mati
Sungguh memprihatinkan
kehidupan ini
Amat pedih.
Asap-asap membumbung
tinggi
Hutan dibakar, lahan
dibuka, hewan-hewan liar dibiarkan tak memiliki rumah tuk ditinggali
Kekayaan membuat buta
mata hati, mata nurani
Tak lagi ada kata
empati, simpati, dan peduli
Lihatlah kehidupan yang
berjalan di provinsi ini
Negeri Di Atas Awan,
begitu orang menjuluki
Asap mengambang tinggi,
menghalangi cahaya yang berusaha menerobos kegelapannya
Astaghfirullah…
Ular-ular tergeletak
mati, orangutan mengungsi, harimau pergi
Penghuni hutan terpaksa
meninggalkan tempatnya sendiri,
Karena diburu oleh para
perusak yang tak punya empati
Oh, kejam sekali
Pemimpin, kumohon
padamu, lihatlah kehidupan kami
Asap di mana-mana,
Membuat orang harus
menggunakan masker saat beraktivitas
Anak-anak sekolah
diliburkan
Penerbangan pesawat
dibatalkan, karena pesawat kesulitan untuk take
off
Semua merintih, semua
mengaduh, kesakitan menyebar di mana-mana
Namun, kau tak
pedulikan rakyatmu yang sengsara
Kami semua tidak
meminta yang lebih dari itu
Kami hanya meminta
kepedulianmu terhadap rakyat, simpatimu terhadap semua makhluk Allah!
Kami hanya meminta
kepadamu, apa yang menjadi tugasmu?
Pemimpin, sadarlah,
lihatlah!
Apakah kau melupakan
kewajibanmu sebagai pemimpin?
Kau lupakan semua hal
yang menjadi tanggung jawabmu?
Apakah kau tak malu
dengan semua hal yang melanda negara?
Indonesia menjadi
negara penyumpang sampah terbesar di dunia setelah Cina… Kau tak malu?
Indonesia yang dijuluki
sebagai “Paru-paru Dunia”, kini berasap, hutannya hilang… Kau tak malu?
Sungguh, yang kupinta
padamu hanya itu
Pedulilah kembali,
jangan terlena!
Dunia ini milik kita
bersama,
Jangan dirusak dan
jangan dikuasai sendiri
Benahi kembali semua
kerusakan yang tlah terjadi
Tanamkan kembali
pohon-pohon, biarkan hewan-hewan kembali
Hutan juga harus
kembali
Ingatlah,
Jika harus melewati
ini,
Lebih baik Indonesia
menjadi primitif,
Daripada modern
Alam sangat penting
bagi kita,
Maka sudah kewajiban
kitalah untuk melestarikannya
Ingatlah bahwa,
Alam mengenal siapa
yang merusak dan menghancurkannya
Dia akan menyimpan
potensi untuk membalaskan dendamnya kepada para perusaknya,
Walaupun terkadang
orang yang tak bersalah pun harus terkena getahnya
Komentar
Posting Komentar