Labirin
Labirin
By:Fatya
Bakhitah Sulaiman
Malam yang dingin. Musim
gugur mulai pergi dan tibalah saatnya musim dingin di China. Sedangkan di
Inggris, musim gugur masih berlangsung selama bulan November ini. Walaupun
bulan Desember nanti Saatnya libur panjang akan ditempuh oleh anak-anak
pengembara ini.
“Alhamdulillah.. Abi libur
seminggu selama musim dingin ini, Khalid” bisik Khadijah di telinga Khalid.
“apa? Alhamdulillah.. kita
ajak teman-teman grup ‘saling mencintai karena Allah’ (anggotanya Farih,
Khalid, Khadijah, Ikrimah, Asad, Omar dan Amaroh) untuk berlibur ke Inggris
yuk! Lumayan, disana ada pengajian yang diisi oleh ustadz Siraj Wanhaj, ustadz yang berasal dari Amerika” kata Khalid
tersenyum simpul sambil mengerlingkan mata kanannya. “di rumah megah yang
bernama Longleat” katanya.
“kamu tahu darimana?” tanya
Khadijah, mngernyit.
“aku buat grup sama teman-teman
di Inggris. Jadi mereka kasih kabar kalau disana akan ada pengajian jam satu
siang besok” kata Khalid tersenyum iseng. “biar sekalian tetap mempraktikkan
bahasa Inggris. Aku hanya pandai bahasa Arab. Karena sekarang aku sudah pandai
bahasa Inggris, aku harus tetap mempraktikkannya”
Khadijah hanya menghela
nafas panjang. “baiklah, kita kabarkan sama teman-teman dan coba minta izin
sama Ummi dan Abi. Abi dan ummi memang merencanakan liburan ke Inggris, tapi kemarin
Ummi mau ngajak berpetualang ke taman safari London” kata Khadijah.
Khalid dengan semangat
membuka pintu ruang makan. Ia terburu-buru berlari menaiki 20 anak tangga
menuju lantai dua tempat berada ruang aula, ruang keluarga dan juga kamar-kamar
tidur. Begitu tiba di lantai dua, Khalid langsung mengetuk pintu kamar Ummi dan
Abi.
“assalamu’alikum.. Ummi,
Abi.. boleh masuk?” tanya Khalid sambil mengepalkan tangannya, memukul pintu
dengan pelan.
“waalaikumussalam.. boleh.
Masuk saja” kata Abi sambil membuka pintu.
Khalid langsung masuk ke
kamar Abi dan Ummi.
“Abi, kata Khadijah Ummi mau
ngajak bermain ke taman safari London ya?” tanya Khalid.
“iya. Emangnya kenapa?” kata
Abi, bertanya balik.
“ini Bi. Khalid mau kasih
usul, bagaimana kalau kita ke taman Longleat Hedge Maze? Rumah yang dikelilingi
labirin panjang yang merupakan labirin terpanjang dan paling ‘menyesatkan’ di
dunia itu. Kata teman-teman Khalid yang di Inggris, di rumah Longleat ada
pengajian yang diceramahi oleh ustadz Siraj Wanhaj, ustadz yang berasal dari Amerika.
Jadi, Abi dan Ummi ubah rutenya, ya” kata Khalid.
Abi manggut-manggut, mencoba
memahami. “maksud Khalid biar Abi mengajak kesana?”
Khalid mengangguk.
“boleh deh, kita ubah
rutenya” Abi tersenyum riang. “lumayan
kita berlibur kesana, tambah lagi ada ceramah”
“emm.. tapi Bi..” kata
Khalid, ragu.
“Ya. Ada apa?” tanya Abi.
“emm.. bisa nggak, Khalid
ajak teman-teman Khalid ? Si Ikrimah, Omar, Asad, Amaroh, dan Farih. Nanti kami
semua naik Chameleon Jet untuk berangkat kesana” katanya polos.
“sungguh?” tanya Abi. “nggak
apa-apa juga, biar hari libur kalian diisi dengan berpetualang bersama sahabat.
Apalagi biar kita enggak terlalu menyusahkan Profesor Xi’Liping, karena banyak
biaya pesawat yang harus dikeluarkan” kata Abi setuju.
“nah, sekarang sudah jam
delapan malam, ayo tidur dulu. Sebelum tidur, siapkan peralatan untuk berangkat
besok. Jangan lupa laptop, charger, smarthphone dan smarthwatch dipakai atau
dimasukkan ke ransel. Juga jubah, beberapa helai baju, dan lain-lain.
Mengerti?” kata Abi.
“mengerti Bi!”
Khalid segera keluar dari
kamar Abi dan Ummi. Ia menuruni 20 anak tangga untuk mencapai lantai pertama.
Ia segera menuju dapur, mejumpai Khadijah yang sibuk dengan busa sabun pencuci
piring.
“Khadijah, Abi mengizinkan
lho!” katanya riang.
“sungguh?” kata Khadijah.
“Ummi juga setuju nggak?” katanya lagi.
“kalau Abi setuju, Ummi
biasanya bakalan setuju, bukan?” kata Khalid.
“he-eh” Khadijah berkata
sambil membilas piring berbahan batu berwarna putih dengan air.
“eh, kata Abi malam ini kita
harus bersiap-siap untuk besok” kata Khalid.
“oke deh. Aku akan
siap-siap. Kamu jangan lupa kasih kabar sama teman-teman di Indonesia ya!”
pinta Khadijah sambil berjalan menyusuri anak tangga.
“oke. Itu siap” sahut Khalid
santai.
Tiba di kamar, Khalid segera
mengambil ransel. Diambilnya laptop dan charger laptop dari atas meja belajar.
Kemudian diambilnya charger smarthphone dan charger smarthwatch yang terserak
diatas ranjang. Kemudian dia masuk ke kamar mandi. Mengambil plastik kecil yang
tergantung, lalu memasukkan botol sampo, botol sabun cair, pasta dan sikat gigi
kedalam plastik kecil berwarna biru itu.
Kemudian, ia membuka lemari.
mengambil 7 lipatan baju, 3 buah jubah warna putih, mengambil 3 jaket tak
berlengan, juga beberapa helai baju dalam. Itu semua dilipatnya rapi, kemudian
dimasukkannya kedalam ransel hitamnya yang berukuran sedang. Plastik biru yang
berisi perlengkapan mandi juga bergabung kedalam ransel hitam kesayangannya.
Laptop, semua jenis charger, kamera dan lain-lain sudah tersimpan rapi. Siap
berpetualang.
Oiya. Jam smartwatch dan
smarthphone ada diatas meja belajar. Tidak usah dimasukkan ke ransel ah. Besok
mau dipakai dan disimpan ke saku celana. Aduh! Lupa lagi. Baju untuk besok juga
harus disiapkan, tekadnya. Diambilnya baju kemeja lengan pendek berwarna kuning
berselangi putih terang. Juga celana jeans berwarna hitam yang memiliki 2 saku
di pinggang. Kemudian disambarnya satu topi kep warna kuning, kemudian
digantungnya digantungan baju yang ada dibelakang pintu. Setelah semuanya
selesai, diambilnya smarthphone dari atas meja. Dibukanya WhatsApps dan
ditekannya grup ‘saling mencintai karena Allah’.
Khalid: assalmu’alaikum
teman-teman.. kalian berada dimana?
Ikrimah: kami di Petra.
Emangnya ada apa?
Khalid: ini lho, di Inggris
ada pengajian yang diceramahi oleh ustadz Siraj Wanhaj, orang Amerika Serikat
asli. Jadi, mumpung kami libur panjang, satu minggu, kami berdua mau ngajak
kalian kesana. Sekaligus berusaha menelusuri labirin panjang yang mengelilingi
rumah Longleat.
Omar: ceramahnya di rumah
Longleat? Di taman Longleat Hedge Maze?
Khalid: betul. Ikut nggak?
Coba kita kasih tantangan untuk Asad (Khalid menyeringai)
Asad: ah, ngaco kamu. Aku nggak
takut.. gak takut..
Khalid: ya sudah. Nggak
apa-apa. Kalian harus bersiap malam ini. Omar, jangan lupa tambahin kursi
pesawat Chameleon Jet ya! Kursinya kan empat, tambah tiga
Omar: kok tiga?
Khalid: kita ajak Farih
sekalian
Farih: aku ikut?
Alhamdulillah..
Khalid: bersiapnya cepat ya!
Jam delapan pagi kita harus siap! Jam sembilan kalian jemput kami. Soalnya jam
satu siang udah mulai. Sedangkan memasuki labirin bagi kita mungkin bisa dua
jam! Kan payah masuknya. Selalu ketemu jalan buntu
Ikrimah: oke, kami akan
bersiap dengan cepat.
Khalid: assalamu’alaikum…jangan
lupa kabarin sama Amaroh!
Omar, Asad, Ikrimah, Farih:
oke, waalaikumussalam..
Selesai memberi kabar,
Khalid langsung masuk ke selimut. Memejamkan mata.
Sedangkan Omar, begitu
mendapat kabar, ia langsung menghubungi Papanya. Bilang minta tambah kursi
pesawat Chameleon Jet. Segera Pa!
Ikrimah, Farih dan Asad
begitu mendapat kabar, mereka bersiap. Menyiapkan baju, atau peralatan-peralatan.
Kemudian, mereka tidur diawal malam yang hening…
***
“Allahu akbar! Allahu
Akbar!”
Suara smarthphone Khalid berdering
menandakan waktu sholat Shubuh. Alarm andalannya. Ia belum diberi kesempatan
untuk membeli jam weker khusus. Makanya dia menggunakan smarthphone-nya menjadi
alarm (tapi, kok bunyi alarm-nya bunyi adzan?)
Khalid mengucek matanya.
Menghidupkan lampu kamar, kemudian masuk ke kamar mandi. Mandi, menyikat gigi
(ambil lagi dari ransel), kemudian berwudhu. Setelah itu, ia berpakaian, lalu
sholat Shubuh.
Jam delapan di China.
Khalid, dan Abi duduk di meja makan. Khadijah membantu Ummi menyiapkan sarapan.
Ummi memasak, Khadijah menghidangkan. Hanya 30 menit, mereka pun sarapan
bersama.
“kalian sudah siap semua
peralatan?” tanya Ummi.
“sudah Mi. eh, tapi kok Ummi
tahu?” Khadijah balik bertanya. Cantik sekali ia. Apalagi jika ia berbalut
perpaduan gamis ungu tua dan kerudung berwarna ungu muda sangat cocok untuk anak
perempuan berkulit putih kemerahan (karena Khalid dan Khadijah lahirnya di
benua Eropa, Perancis).
“Abi yang memberi tahu Ummi
sebelum sholat Tahajjud”kata Ummi.
Mereka asyik sarapan dengan
nasi goreng sambal hijau buatan Ummi dan segelas susu cokelat. Suasana makan
sangat indah, apalagi dihiasi oleh cerita-cerita, juga canda tawa. Hingga tak
terasa sekarang sudah pukul setengah sembilan. Setengah jam lagi, pesawat
Chameleon Jet akan tiba.
Khadijah membantu Ummi
mencuci piring (rutinitasnya biasa). Sedangkan Khalid membereskan kamar.
Melihat setiap sudut kamar. Kalau-kalau nanti ada barang yang tertinggal.
Jam delapan lewat 40 menit.
Khadijah mengambil kaos kaki, mengambil sepatu kets berwarna ungu diselingi
putih dan ransel. Ransel diselempangkan di pundak. Kaos kaki dan sepatu kets
dikenakannya kemudian.
Sedangkan Khalid, ia
memasang topi kep kuningnya mengarah kedepan. Ranselnya sudah menempel di
pundak. Sepatu kets berwarna biru tua seling putih membuatnya semakin gagah.
Namanya juga pemuda.
“Abi akan berangkat dari
sini jam sepuluh pagi” kata Abi.
“what?! Jam sepuluh pagi?
Bisa-bisa Abi terlambat tuh. Belum lagi waktunya habis untuk mencari jalan
keluar dari labirin panjang itu” kata Khalid, menepuk dahinya. Heran.
“begitu ya?” tanya Abi. “ ya
sudahlah. Abi berarti enggak pergi ke rumah Longleat. Negeri Inggris masih
sangat jauh dari sini. Sedangkan pesawat masih sangat lama untuk terbang
kesana. Abi nunggu kalian saja deh, di penginapan Inggris. Sekalian traktir
penginapan untuk teman-teman kalian”
“apa? Horaay..
Alhamdulillah” kata Khadijah senang. “Khadijah tidurnya sama Amaroh aja deh”
katanya girang.
“kriing..” jam smarthwatch
Khalid bergetar. Tulisannya siapa lagi kalau bukan Omar.
“assalamu’alaikum. Siap-siap
Khalid! Kami mau mendarat nih!” kata Omar.
“sip! Kami sudah siap kok.
Sekarang kami sedang menunggu kalian di beranda rumah” sahut Khalid.
Chameleon Jet mendarat di
halaman rumah Khalid yang luas. Tangga pesawat Chameleon Jet terjulur ke tanah.
Di tangga, tampak Omar menuruni tangga. Menjemput Khalid dan Khadijah yang
berdiri menunggu mereka di beranda rumah.
“Ummi, Abi, kami pergi dulu.
Assalamu’alaikum” kata Khalid dan Khadijah mencium tangan kedua orangtuanya.
“waalaikumussalam. Hati-hati
ya. Sekitar jam sepuluh nanti Ummi dan Abi akan berangkat dari bandara China.
Kami akan menunggu kalian di penginapan” kata Ummi.
“sip, Ummi. Bye-bye” kata
kedua anak itu sambil melambaikan tangan di tangga Chameleon.
Begitu menginjakkan kaki di
dalam pesawat, Khalid menyapa teman-temannya
“assalamu’alaikum! Hai
semua!” serunya kencang. Wajahnya berbinar.
“waalaikumussalam.. hai
Khalid. Kamu semangat sekali” balas teman-temannya serempak.
“iya nih. Udah rindu sama
kalian” kata Khalid sambil menyimpan ranselnya di bagasi tas. Kemudian ia duduk
disamping Ikrimah.
“Khadijah duduk disebelah
Amaroh, ya. Perempuan kan sama
perempuan” saran Omar sambil memasang sabuk pengaman ke lingkaran pinggangnya. Kalau di pesawat kan seperti itu sabuk
pengamannya.
Khadijah menyimpan ransel
ungu-nya di bagasi tas. Kemudian dihampirinya Amaroh.
Dari speaker suara di dalam Chameleon Jet, terdengar suara pilot Fahmy.
“jangan lupa memakai sabuk
pengaman dan berdo’a naik kendaraan ya!” sarannya.
“subhanalladzi sakhkhorolana
hadza wama kunna lahu mukrinin. Wainna ila rabbina lamun qolibun” kata mereka
semua lirih.
Chameleon Jet segera
berangkat. Dengan kecepatan full, pesawat kecil itu berjalan di lapangan bola
depan rumah Khalid. Berjalan cepat, lalu sedikit demi sedikit terangkat ke
udara.
Chameleon Jet sangat cepat
terbang, membelah benua dan samudera dengan kecepatan yang tak terbayang.
Kecepatannya bisa terbukti. Contoh, ketika Ikrimah mau melihat pemandangan di
bawah Chameleon, pemandangannya hanya sekilas tampak, secepat kilat hilangnya.
Tampaknya pilot Fahmy ingin segera sampai dan ingin ikut dengar ceramah ustadz
Siraj Wanhaj. Khalid bepikir sambil tertawa pelan.
“ayo, bersiap. Pesawat
Chameleon Jet akan segera turun” speaker dari ruang pilot Fahmy kembali
terdengar.
“Alhamdulillah” kata mereka
serempak.
Chameleon Jet menurunkan
mereka di bandara London (Papanya Omar sudah minta izin kesitu). Tujuh
petualang itu tampak menuruni tangga Chameleon Jet yang terjulur ke tanah.
Kemudian, mereka keluar dari bandara, menuju tempat parkir mobil dan motor.
Disana banyak bus listrik dan mobil-mobil yang siap mengantar. Omar mengusulkan
agar menaiki bus listrik saja.
Mereka masuk kedalam bus.
Mereka duduk dalam satu barisan.
“pak, tolong antarkan kami
ke rumah Longleat di taman Longleat Hedge Maze ya” pinta Omar dalam bahasa
Inggris.
Khalid menggeledah interior
bus. Ada AC, kursi yang saling berhadapan, dan lain-lain. Dalam satu baris itu,
Khalid duduk berdampingan dengan Khadijah, berhadapan dengan Asad dan Ikrimah.
Sedangkan Omar, Farih dan Amaroh di kursi seberang.
“sebenarnya, labirin itu
untuk apa sih?” tanya Ikrimah, berkata setengah berbisik.
“sepertinya untuk
menyesatkan orang-orang jahat atau pencuri. Misalnya, nanti pencuri menyusuri
labirin pada malam hari. Dikiranya pohon-pohon yews (sejenis pohon cemara) yang
tumbuh dengan tinggi delapan kaki dan berbentuk persegi panjang yang bersambung
hanyalah kebun yang dihias menarik. Namun, tiba-tiba mereka malah terjebak di
jalan buntu. Sepertinya itu fungsinya” kata Asad.
“pencuri?” celetuk Khalid.
“masa nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam juga ada pencuri. Jahat sekali”
lanjutnya.
“oh, pencuri setan itu,
bukan?” sahut Ikrimah memastikan. “iya bukan?”
“betul Ikrimah. Mau aku
ceritakan enggak?” tanya Khalid.
“mau dong” jawab Khadijah,
Asad dan Ikrimah serempak.
“Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu adalah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam. Pada
suatu hari, ia ditugaskan Rasulullah untuk menjaga zakat Ramadhan. Tiba-tiba
ada seorang yang mengendap-ngendap mencuri senggenggam makanan. Maka Abu
Hurairah segera menangkapnya. Ia mengancam orang tersebut dengan ancaman bahwa
ia akan melaporkan kejadian itu kepada Rasulullah. Orang itu menjawab
‘sesungguhnya aku orang yang sangat membutuhkan karena aku mempunyai keluarga’.
Maka Abu Hurairah pun melepaskan orang tersebut” kata Khalid sambil menghela
nafas.
“Esok harinya, Abu Hurairah
menceritakan hal tersebt kepada Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam.
Kemudian beliau bersabda ‘sesungguhnya orang itu membohongimu, ia pasti akan
kembali lagi’. Ternyata benar, pada malam harinya pencuri itu datang lagi.
Dengan segera Abu Hurairah menangkap kembali, sedangkan si pencuri malah
beralasan seperti malam kemarin. Maka Abu Hurairah pun melepaskannya karena
kasihan” kata Khalid dengan gaya yang full.
“demikianlah, hingga hal itu
terulang hingga tiga kali. Pada ketiga kalinya orang itu berkata, ‘lepaskanlah
aku, aku akan mengajarkan suatu kalimat, dengannya Allah memberimu
kemanfaatan’. ‘kalimat apa itu?’ tanya Abu Hurairah. Jawab orang itu, ‘apabila
engkau akan tidur, bacalah ayat kursi, maka Allah akan senantiasa menjagamu dan
setan tidak akan mendekatimu hingga pagi’” kata Khalid, masih dengan gaya
tangan, mengubah intonasi suara, dan lain-lain. Tampaknya serius sekali.
Teman-temannya pun ikut serius mendengarkan. Bahkan Omar, Farih dan Amaroh yang
diseberang juga ikut menyimak.
“esok harinya, Abu Hurairah
menceritakan kembali kejadian malam itu kepada Rasulullah. Rasulullah bersabda,
‘sesungguhnya kali ini ia benar, padahal ia seorang pendusta. Tahukah kamu
siapa orang yang berbicara denganmu tiga malam itu?” tanya Rasulullah. ‘tidak’
jawab Abu Hurairah. ‘ia adalah setan’ jawab Rasulullah” Khalid menceritakan
cerita itu.
“ih, aku takut kalau ketemu
sama setan” celetuk Asad. “lebih baik aku meminta pada Ummi dan Abiku untuk
membuat labirin”
“apakah kamu tidak mendapat
hikmah dari cerita itu?” tanya Ikrimah lembut. “ Allah akan menjaga kita hingga
pagi jika membaca ayat kursi sebelum tidur” katanya.
“itu labirin paling jitu.
Karena Allah yang menjaga” kata Khadijah.
“ayo, kalian sudah sampai di
taman Longleat Hedge Maze” kata sopir.
“Alhamdulillah” kata tujuh
anak itu serempak. Kemudian mereka menyusuri labirin dengan bantuan GPS
smarthphone (curang. Karena banyak orang yang kebetulan juga menggunakan GPS
untuk mencari jalan menuju rumah Longleat ) Khalid menuju rumah Longleat.
Kemudian mereka mendengarkan ceramah Imam Siraj Wanhaj.
#cerivitasTantanganMenulis30hari
Komentar
Posting Komentar