Piramida Giza
Piramida Giza
By: Fatya Bakhitah
Sulaiman
Sore yang eksotis di kota
Beijing. Langit tampak kemerah-merahan diselimuti lembayung senja. Sinarnya menghidupkan
nuansa sore yang gemerlap. Kuasa Allah.
Khadijah dan Khalid asyik
membaca buku. Biasanya sore begini mereka suka duduk di teras sambil bercerita.
Namun, disebabkan ‘isu penculikan’ kemarin, mereka tidak dibolehkan Ummi keluar
rumah.
“hidangan sore sudah
siap!” Ummi berseru sambil membawa nampan berisi empat cangkir kecil dan teko
air . Hidangan sore untuk menghangatkan suasana sore yang menyenangkan.
Abi yang sedang membaca
buku sirah Nabawiyah segera menoleh, “Alhamdulillah..”
Ummi segera duduk ke
lantai sambil menurunkan isi nampan. Khalid dan Khadijah duduk rapi sambil
menyeringai satu sama lain. “hidangan sore dengan makanan ‘khas’ China”
Khadijah berbisik di telinga Khalid.
Khadijah membantu Ummi
menuangkan isi teko kedalam empat cangkir.
“ayo, kita minum.” Ajak Khadijah
riang. Ia mengambil satu cangkir. Diteguknya air itu.
“alhamdulillah, segarnya.
Airnya manis, dingin lagi! Ini minuman apa, Mi?” tanya Abi.
Ummi tersenyum miris,
menjawab. “itu minuman Doc, Bi. Minuman khas China. Doc terbuat dari susu
dicampur yogurt, madu dan es. Yummy kan?” jelas Ummi menyeringai. Ummi selalu
pintar memasak. Bahkan Khadijah bilang, “kalau Ummi yang masak, selalu enak. Ummi
ada bakat!”
“iya Mi. Yummy banget. Top!”
puji Khalid sambil mengancungkan jempol kanannya.
Ummi hanya tersenyum,
tersipu. “Jazakallahu khoiron..”
Kemudian, Khalid dan
Khadijah melanjutkan bacaan mereka. Sedangkan Abi bercerita tentang banyak hal
dengan Ummi.
Asyiiik.. sekali. Membuka
lembar-lembar buku yang penuh gambar. Sesekali membaca informasi singkat yang ada
dihalaman buku.
“Ummi, piramida itu apa Mi?”
tanya Khadijah sembari menunjukkan halaman bergambar piramida.
“piramida adalah bangunan
bersejarah yang digunakan untuk makam raja. Piramida juga digunakan untuk
tempat pemujaan orang-orang kuno di Mesir.” Jawab Ummi pada Khadijah.
“oh, begitu.” Khadijah manggut-manggut,
mulai paham.
“oiya, piramida Giza
adalah piramida terbesar di Mesir, loh!” seru Abi.
“oh ya? Tingginya berapa,
Bi?” sahut Khalid, penasaran.
“piramida Giza mempunyai
tinggi hampir seratus lima puluh meter. Terletak di gurun Giza, Mesir. Disekitarnya
ada piramida-piramida yang lebih kecil. Saking besarnya piramida Giza ini,
piramida ini justru menjadi salah satu keajaiban dunia.” Jelas Abi sambil
menutup bukunya.
Khadijah dan Khalid
saling sikut karena Abi tampak serius menjelaskan. Mereka duduk bersila didepan
Abi.
“para ilmuwan arkeolog
bertahun-tahun meneliti struktur dan sejarah dibangunnya piramida ini. Menurut penelitian,
piramidaini dibangun 2560 tahun sebelum masehi. Untuk membangunnya dibutuhkan
waktu dua puluh tahun. Piramida Giza dibangun oleh Fir’aun Khufu, maharaja
generasi keempat yang berkuasa pada zaman kuno. Sehingga, piramida ini disebut
pula sebagai piramida Khufu (Cheops).” Kata Abi lagi.
“Fir’aun Khufu?” Khadijah
menyikut lengan Khalid.
“iya Nak. Fir’aun itu
bukan nama seseorang, tetapi gelar untuk para raja Mesir.” Sahut Ummi,
menjelaskan.
“oh, begitu. Kirain nama
orang. Bahkan, Rasulullah saja bilang tentang Abu Jahal, ‘inilah Fir’aun umat ini’” Khalid menirukan perkataan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam ketika usainya perang Badar.
Abi dan Ummi termangu. “benar
juga.”
“mau dilanjutkan nggak?”
celetuk Abi, teringat sesuatu.
“mau!” Khalid dan
Khadijah menyahut kencang. Kemudian, mereka kembali duduk bersila didepan Abi.
“nah, struktur batu pada
piramida ini sangatlah hebat. Batu pada piramida dibuat dari pencampuran antara
lumpur kapur, air garam, dan tanah liat. Bebatuan ini sangat kuat. Sehingga piramida
dapat berdiri kokoh hingga saat ini. Ini artinya, orang-orang Mesir pada waktu
itu sangat cerdas dalam bidang ilmu pengetahuan.” Jelas Abi.
“oiya. Piramida ada
disebutkan dalam al-Qur’an kan, Bi? Surat al-Qashash ayat tiga puluh delapan. Artinya:
dan Fir’aun berkata, ‘Hai pembesar
kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman
untukku tanah liat, kemudian buatlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku
dapat naik melihat Tuhan Musa’ gitu kan Bi?” kata Ummi pada Abi. abi mengangguk membenarkan.
“ooh, begitu.” Sahut Khalid
manggut-manggut. Ia mengangguk-angguk.
“oiya. Terima kasih Bi,
Mi. dapat pelajaran baru lagi sore ini. Grazie Mille!” seru Khadijah
menyeringai.
“sama-sama..” balas Abi
dan Ummi sembari mengelus kepala Khadijah.
#cerivitasTantanganMenulis30hari
Komentar
Posting Komentar