taman surga


Taman Surga

By: Fatya Bakhitah Sulaiman

 

“Khadijah! Bangun!” seru Khalid sambil mengguncangkan tubuh Khadijah yang memeluk bantal guling diatas kasur. Matanya terpejam rapat. Wajahnya yang bergurat wajah orang kota Poitiers tampak redup, dibawa ke alam mimpi.

Khadijah mengucek mata. “sudah adzan?”

“aduh! Kamu malah mimpi. Ini pukul tujuh, satu jam lagi saatnya sarapan di kafetaria hotel. Ayo, bersiap!” pinta Khalid.

“eh iya. Oke-oke, aku akan mandi. Kamu tenang saja” kata Khadijah mengancungkan jempol. Ia berdiri dari atas kasur.

Khadijah berjalan pelan menuju kamar mandi. Sedangkan Khalid tampak asyik membuka smarthphone miliknya sendiri. Membuka email, chatting sambil tertawa gelak, dan lain-lain. Namun, tampaknya Khalid lebih tertarik untuk membuka Google dan Browser. Browsing sana-sini, membaca email dari James(pagi ini ia asyik melayangkan surat internet kepada James).

Setelah mandi, Khadijah membuka travel bag, mengambil lipatan gamis hitam seling pink dengan kerudung hitam pula. Kemudian dia mengenakan pakaian di kamar mandi.

“Khalid! Kamu ga mandi emangnya?” semprot Khadijah.

“udah kok” jawab Khalid singkat tanpa basa-basi. Ia masih menekan keyboard yang ada di layar smarthphonenya.

“sungguh?” kata Khadijah sambil menatap jam smarthwatch pink yang terpasang di tangan kanannya. Sudah pukul tujuh lewat tigapuluh menit.

“beneran sungguh” jawab Khalid sambil mematikan smarthphone-nya. Dia beranjak mengambil sepatu kets-nya yang berwarna biru tua diselingi putih. Kemudian ia menyambar hp-nya yang ada diatas ranjang, kemudian mengajak Khadijah untuk keluar.

“assalamu’alaikum.. pagi Amaroh” sapa Khadijah kepada Amaroh yang menyandang ransel. Amaroh dan teman-temannya akan kembali melanjutkan safari di negeri luar. Jadi, pagi ini mereka akan mengantar Amaroh dan teman-teman Khalid (Ikrimah, Asad, Omar, Aqil dan Farih) di gerbang hotel.

“ayo, kita ke kafetaria” ajak Abi, mengajak seluruh rombongan anak-anak yang sedang duduk di kursi-kursi yang ada didepan pintu kamar. Tercengang, ramai sekali suasananya.

“ayo, cepat makannya. Jangan lambat-lambat. Ntar om Fahmy (pilot Chameleon Jet yang dipanggil pilot Fahmy) dan Chameleon datang!” goda Khalid kepada Asad yang masih menatap kosong kepada sajian kafetaria (sepertinya takut daging harom. Padahal hotel ini hotel muslim). Asad hanya mendengus, rada-rada jengkel.

Khalid menemani lima temannya yang duduk di meja panjang berbangku enam kursi. Mereka cerita-cerita, dan terkadang tertawa gelak melihat akting Asad yang terkenal banyak tingkah dan iseng. Sedangkan orang-orang di kafetaria hanya menatap datar sambil bergumam, ‘ini orang darimana ya ? Bahasanya asing sekali’.

Setelah sarapan, Khalid dan Khadijah melambaikan tangan. Goodbye, dengan menyeringai enam sekawanan itu mengucapkannya. Khalid hanya tertawa kecil, balas melambai tangan. Melepaskan mereka dengan secercah harap suatu saat akan bertemu kembali.

***

Khadijah kembali ke kamar hotel yang berada dilantai empat. Ia berbaring melepas lelah diatas kasur yang empuk itu. Ini hari terakhirnya di inggris, besok mereka akan kembali ke cina. Abi dan ummi sedang menikmati hari dengan ke taman bunga, musim semi segera berakhir.

“tit..tit..” smarthphone-nya bergetar, pertanda ada pesan datang. Khadijah segera mengambilnya, ternyata itu notifikasi email. Email datang dari temannya yang berada di Oman, Varina.

“assalamu’alaikum Khadijah. Apa kamu ada waktu untuk berbincang denganku? Aku mau meminta saranmu” begitu isi surat internet dari Varina. Khadijah mengernyit. Saran apa?

“waalaikumussalam Varina. Emangnya ada apa? Kok kamu bertanya seperti itu?” tanya Khadijah sambil menekan enter.

“ini. Kamu tahu kan, kalau aku cita-citanya menjadi penemu harta karun dan menjadi arkeolog?” balas Varina. Cukup lambat dari gerakan tangan Khadijah. Apalagi Khadijah memang terbiasa menekan keyboard.

“iya. Terus, kenapa?” Khadijah tidak puas dengan pertanyaan temannya itu. Nggak jelas juga gadis satu ini.

“2 hari lalu, aku mengikuti lomba pencarian harta karun di kapal karam dan pencarian fosil ikan Magepiranha. Di sesi kapal karam aku menang juara satu dengan team. Di sesi pencarian ikan Magepiranha, aku mendapat juara harapan tiga yang hadiahnya hanya seratus dolar (dengan kurs setiap dolar lima belas ribu ).  Aku sedih, sediiih.. sekali. Aku meminta saranmu, apa yang harus aku lakukan?” tanya Varina. Lima menit menunggu, hingga akhirnya surat itu masuk ke kolom email Khadijah.

Khadijah hanya diam. Ya, diam membisu. Dia sedang memikirkan apa yang harus ia lakukan. Temannya yang sedang larut dalam ombak kesedihan meminta sarannya. Sepertinya rasa sedih itu menghujam di hati Varina. Bak anak panah yang meluncur, menghujam tepat di jantungnya.

“Caressa, Tommy dan Avina sudah membantuku agar bersabar. Caressa bilang, ‘nggak usah bersedih Teman. Itu merupakan keteledoranmu dalam menjalankan kegiatan. tidak ingat pada Allah. setelah itu, seharusnya kamu bersyukur, masih menang. walupun enggak juara, tahun depan kan masih bisa’.” Pesan baru kembali melayang dari smarthphone Varina.

“Caressa benar, Varina. Coba kamu pikirkan, apa keteledoranmu dalam mengerjakan kegiatan itu?” hanya tujuh detik dari pesan Varina yang baru saja tiba. Ketahuan sekali kalau Khadijah memang lihai dalam menekan keyboard.

“emm.. aku enggak ada teledor kok. Semua barang kusiapkan, aku berbuat baik kepada teman, mencoba berakhlakul karimah, dan lain-lain” pesan balasan dari Varina.

“barangkali kamu lupa sama sholat Dzuhur, Asar, Maghrib, Isya” kata Khadijah. Dia menekan pesan itu dalam keadaan diam, penuh selidik.

“emm.. enggak kok. Lomba dimulai ba’da Dzuhur. Jadi, aku jama’ sholat Dzuhur dan Ashar pada waktu Dzuhur (jama’ Ta’dim). Sholat Maghrib juga ga lupa, karena aku jama’ Ta’dim juga” Varina membalas cepat.

“oh, sepertinya kamu lupa berdo’a sama Allah. Jadinya, Allah nggak mau ngasih kamu kemenangan” kata Khadijah. “do’a itu juga merupakan ibadah bukan?” pesan berikutnya tiba di email Varina.

“aku do’a sama Allah kok!” pesan Varina cepat dibaca Khadijah.


“emm… atau kamu enggak berusaha menemukan harta Karun di diri kamu sendiri ” kata Khadijah, menyelidik.

“menemukan harta Karun??  Aku bukan putri mahkota raja, tetapi hanyalah anak yang berasal dari rakyat jelata. Mana mungkin aku  menemukan harta karun diriku sendiri?! Aneh!” umpat Varina jengkel bercampur kesal didalam surat email.

“kamu punya banyak sekali harta Karun.” balas Khadijah dengan ikon orang berwajah tegas.

“harta karun di dirimu berupa ilmu. Ilmu, amal, itu semua harta karun dirimu. Seluruh manusia dimuka bumi ini mempunyai harta karun, yaitu ilmu. Tetapi, sedikit sekali orang yang menyadarinya” lanjut Khadijah penuh bersahaja. Tampaknya ia ingin menjelaskan seperti Ikrimah menjelaskan cerita pada teman-temannya.

“pada hari kiamat, orang yang beramal baik akan menjadi raja dan ratu di Surga-Nya. Sedangkan orang yang beramal buruk maka akan menjadi orang yang hina dina di Neraka. Bahkan orang yang melupakan Allah, maka dia dilupakan Allah” nasihat Khadijah kembali menggaung di email.

Varina tersentak. Caressa yang disebelahnya hanya berbisik, “tuh kan, aku bilang kamu harus bersabar dan ingatlah pada Allah, bukankah harapan 3 juga prestasi yang harus disyukuri?itu nikmat juga dari Allah untukmu”

“lalu?” singkat Varina tanpa membantah.

“orang yang mengingat Allah, maka ia akan kekal di Surga-Nya. Ia akan dikelilingi para bidadari yang amat jelita. Dan ia akan berada di Taman Surga yang penuh dengan bebungaan yang menyibakkan aromanya yang wangi disisi hidung. Sedangkan orang yang melupakan Allah, ia akan dilupakan Allah. Dia akan berada di Neraka yang apinya berkobar. Panas apinya tidak sama dengan api dunia. Karena, api dunia hanyalah sepertujuhpuluh dari api Neraka Jahannam. Ingat perkataan Rasulullah, kan?” tanya Khadijah di surat email.

“Taman Surga ada dua. Pertama, Taman Surga di dunia. Ini merupakan majelis ilmu. Jika kamu berada didalamnya, maka di akhirat kamu pun akan masuk ke Taman Surga yang indah. Lebih indah dari Taman Bluebells Flowers yang ada di Belgia dan Inggris ini. Jika kamu menginginkannya, hadirilah majelis ilmu. Karena itu merupakan Taman Surga” kalimat terakhir Khadijah kembali menggaung.

“baiklah. Terima kasih kepadamu wahai Sahabat. Kamu mengingatkan apa yang aku lupakan. Semoga Allah memberkatimu..assalamu’alaikum” kata Varina. Varina mengerti, bahwa Khadijah tidak ingin ia berada di deretan para arkeolog. Tetapi, Khadijah menginginkan varina agar menjadi salah satu orang diantara deretan orang yang suka menghadiri majelis ilmu, Taman Surga yang ada di dunia. Dan dia menginginkan varina agar menjadi orang dideretan orang yang mengingat Allah..

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

I Always Love You

Berpetualang bersama RobotBear

Tatapan Pertama