Pahlawan Islam dan Utusan Romawi


 Pahlawan Islam dan utusan Romawi

By: Fatya Bakhitah Sulaiman

 

Ini pagi yang membosankan. Khadijah dan Khalid malas-malasan di kamar. “huh, coba nggak ada isu penculikan, ya. Pasti bisa main diluar. Ini kan, hari libur.” Mereka saling berbisik, mendesah.

“tok..tok.”

Pintu rumah terdengar berbunyi. Khadijah segera mengambil jilbab, berlari menuruni dua puluh anak tangga, kemudian membuka pintu rumah. Ternyata di depannya ada..

“assalamu’alaikum Khadijah. Ohayou gozaimashu! Bokuwa Ishiyuta.” Anak perempuan berjilbab pink dengan gurat wajah orang Jepang menyapa Khadijah.

Khadijah tampak berpikir. “waalaikumussalam. Ohayou gozaimashu. Ayo, masuk. Kamu Ishiyuta temanku, kan?” Khadijah mengubah bahasa. Kalau ini temannya, maka dia (Ishiyuta) bisa berbahasa Indonesia.

Ishiyuta tampak mengangguk, tersenyum simpul. “iya. Aku temanmu yang berasal dari Bandung dan sudah tinggal di Jepang selama lima tahun.” Jelas Ishiyuta sembari memeluk Khadijah.

Khadijah menepuk-nepuk pundak Ishiyuta sambil tertawa ringan. “ ayo masuk.” Ujar Khadijah dengan mata berbinar. Ia menggiring tangan Ishiyuta menuju dapur. Melaporkan kedatangan Ishiyuta kepada Ummi yang sedang membuat kue.

“Ummi, Ishiyuta datang ke rumah kita Mi!” seru Khadijah sambil berlari mendekati pintu oven pemanggang kue. Ummi sedang membuat kue bolu.

Ummi menoleh, tersenyum. “oh? Ishiyuta datang? Ayo, suruh dia masuk. Ajak dia bercakap-cakap. Ummi masih memanggang kue.” Ujar Ummi tersenyum riang.

“oke Mi. oh ya. Bawa Ishiyuta ke RobotBear juga boleh, kan Mi? soalnya sekarang sudah pukul delapan lewat empat puluh menit. Berarti, dua puluh menit lagi Khadijah dan Khalid harus ke roket RobotBear.” Pinta Khadijah.

“boleh.” Ummi membalas singkat. Asyik berkutat dengan loyang kue bolu.

Khadijah berlari terbirit-birit mendekati Ishiyuta. Dia menggandeng tangan temannya itu menuju kamarnya, mengajak berbincang-bincang. Lumayan, kesepian hari ini akhirnya juga bisa disingkirkan jauh-jauh.

“ayo Ishiyuta. Kita berbincang di kamarku, ya. Kebetulan kembaranku Khalid ada disana.” Tutur Khadijah riang. Tanpa ba-bi-bu sudah menyeret Ishiyuta untuk menaiki anak tangga, berjalan menuju lantai dua, tempat kamarnya berada.

Tiba di kamar..

“Khalid, aku punya surprise buat kamu.” Ujar Khadijah, nyengir.

Khalid menoleh, mengangkat pandangannya dari layar smarthphone. “surprise apaan?” tanyanya.

“Ishiyuta datang loh! Ini dia, dibelakang aku.” Seru Khadijah semangat.

Khalid meninggalkan smarthphone-nya. Ia beringsut duduk, merapikan rambutnya yang jatuh ke pelipis mata. “Alhamdulillah.. kita nggak kesepian hari ini.” Katanya riang.

Khadijah membawa Ishiyuta menuju ranjangnya. Kemudian duduk membentuk lingkaran bersama Khalid dan Ishiyuta. Mereka berbincang banyak hal. Berbagi pengalaman setelah lima tahun tidak bertemu.

“sudah pukul sembilan. Khalid, ayo ke roket RobotBear.” Ajak Khadijah.

“jadi, Ishiyuta bagaimana? Dia jadi nggak ada teman dong?” balas Khalid sambil mengeluarkan roket kecil dari laci meja menulis Khadijah.

“Ishiyuta ikut kita ke roket RobotBear!” seru Khadijah membalas.

“sungguh?” Khalid mengelus dahinya, tidak percaya.

“sungguh! Ummi yang bilang.” Jawab Khadijah, antusias.

“ayo, kalau begitu.” Khalid mengiyakan.

Khalid menekan tombol. Roket itu membesar. Kemudian menekan tombol Open, membuka pintu. Khadijah mengajak Ishiyuta masuk.

“ayo kita masuk Ishiyuta.” Ajak Khadijah.

“tidak usah, Khadijah.” Ishiyuta ragu.

“ayolah! Didalam akan banyak pelajaran yang kamu dapatkan.” Kata Khadijah meyakinkan Ishiyuta.

“tasukete, aku nggak mau.” Ishiyuta menggeleng.

“ayolah. Didalam kamu akan mendapat pelajaran dan cerita.” Khadijah kembali meyakinkan temannya itu.

“oke deh.” Ishiyuta mengiyakan. Walaupun di lubuk hatinya ia tidak ingin masuk ke roket itu.

“assalamu’alaikum RobotBear!” seru Khalid dan Khadijah. Ishiyuta diam saja.

“waalaikumussalam Khadijah, Khalid. Semangat pagi!” RobotBear menyambut penuh antusiasme.

“wah, ada teman baru. Nama kamu siapa?” tanya Bear (singkatan RobotBear).

“aku Ishiyuta.” Jawab Ishiyuta.

“ayo, kita ke layar luar angkasa!” seru Bear penuh semangat. Ia duduk di kursinya, didepan layar luar angkasa yang besar.

Ishiyuta, Khadijah dan Khalid juga duduk di kursi yang sudah disediakan. Menatap penuh antusias.

“itu bangunan apa, Bear? Kok kaya teater begitu?” tanya Khalid, meringkuk di meja layar luar angkasa.

“hush, kamu duduk dulu.” Khadijah menyikut lengan Khalid, menyuruhnya duduk di kursi.

“itu bangunan Colosseum, bangunan amphitheater tua. Tempat ini menjadi tempat para gladiator berlaga 2000an tahun yang lalu.” Balas Bear.

“Colosseum? Bangunan yang ada di Roma? Italia?” Khadijah berseru tertahan.

“iya, emangnya kenapa?” tanya Bear, sedikit heran.

“yeah, nggak ada apa-apa kok.” Balas Khadijah gelagapan.

“bangunan ini, menjadi salah satu diantara tujuh keajaiban dunia. Tempat ini, bisa menjadi tempat pertandingan juga loh!” kata Bear.

“tandingan gimana?” tanya Khalid.

“area ini menjadi tempat pertarungan gladiator. Ada juga yang melawan sesama kontestan bersenjata atau melawan binatang buas.” Bear berkata takzim. Tangannya menggenggam mouse optik layar luar angkasa.

Ishiyuta berkerut. “kejam sekali ya..” ungkapnya.

“kjempeflot Ishiyuta.. sudah kejam, terus apalagi yang didapat?” Khadijah menyambung perkataan Ishiyuta.

“dapat hiburan.” Bear menjawab polos.

“ah! Masa’ pertarungan menjadi hiburan?” Khalid berseru sengit, tampak memiting. “pertandingan itu harusnya yang bagus. Kaya pertandingan olahraga, pertandingan hafalan al-Qur’an, dan lain-lain.” Ujar Khalid memelototi gambar Colosseum di layar luar angkasa.

“oiya. Islam juga pernah bertanding dengan Romawi lho!” kata Khadijah, tersenyum.

“Masyaallah.. jadi, Islam yang menang? Atau Romawi?” Ishiyuta bertanya tidak sabaran.

“Islam yang menang.” Khadijah menjawab santai.

“bagaimana sejarahnya, Khadijah?” Khalid juga penasaran.

“wah, subhanallah.. biasanya kamu yang cerita, masa’ sekarang aku yang cerita, Khalid?” Khadijah tertawa ringan, berkata menggoda.

“Yeah, sesekali. Saling berbagi ilmu, itukan bermanfaat.” Khalid berkata pelan.

“oke deh, aku ceritakan. Dengarkan ya!” pinta Khadijah.

Ishiyuta, Khalid dan Bear siap mendengarkan.

“suatu hari, Kaisar Romawi mengirimkan surat kepada Khalifah Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Isi surat itu berupa izin dari Kaisar Romawi. Isinya: Raja-raja dari kalangan kami memiliki kebiasaan melakukan surat-menyurat dan saling mengirimkan hal-hal menakjubkan yang dimiliki masing-masing. Lalu kami saling berlomba dengan hal-hal menakjubkan yang kami miliki. Berkenankah Anda mengizinkan kami melakukan hal yang sama seperti kebiasaan yang berlaku diantara kami?” Khadijah mulai bercerita.

“lalu, Khalifah Mu’awiyah bin Abu Sufyan menyetujui tawaran itu dan memberikan izin. Setelah itu, Kaisar Romawi mengirimkan dua orang lelaki yang berpenampilan menakjubkan. Yang satu luar biasa tingginya seakan ia adalah pohon besar menjulang di tengah hutan. Dan lelaki yang satu lagi kuatnya luar biasa dan ototnya kuat bagai binatang buas. Kedatangan keduanya disertakan sepucuk surat yang berbunyi: adakah orang yang menyamai kebesaran dan kekuatan kedua orang ini di negeri Anda?” Khadijah bercerita penuh antusias.

“maka dari itu, Khalifah Mu’awiyah bin Abu Sufyan bermusyawarah dengan Amru bin ‘Ash. Maka, dari musyawarah itu terdapatlah dua orang yang dapat menyamai kekuatan dan ketinggian dua orang Romawi itu. Dua orang yang akan menantang dua orang Romawi itu adalah Qais bin Sa’ad dan Muhammad al-Hanafiyah. Kemudian, gelanggang dibuka. Untuk mengetahui siapa yang paling tinggi, Qais bin Sa’ad membuka celana luarnya kemudian diberikannya kepada orang Romawi yang berperawakan tinggi. Qais bilang, cobalah pakai. Kemudian, orang Romawi itu memakai celana luar Qais. Namun, ternyata celana Qais malah sampai ke dadanya orang Romawi. Atau kata lain, Qais paling tinggi dibanding orang Romawi yang tinggi itu. Jadi, Qais menang.” Khadijah bercerita penuh semangat, sampai menelan ludah.

“lalu, bagaimana orang Romawi yang kuat?” tanya Bear.

“orang Romawi yang kuat, ia ditantang oleh Muhammad al-Hanafiyah. Muhammad al-Hanafiyah bilang kepada orang Romawi, ‘pilihlah, engkau yang duduk aku berdiri, atau aku yang duduk engkau berdiri’. Maka orang Romawi itu memilih duduk. Maka Muhammad al-Hanafiyah berdiri.” Khadijah menjawab pertanyaan Bear.

“cara bertandingnya, jika orang Romawi duduk, maka dia (orang Romawi) harus bisa membuat Muhammad al-Hanafiyah jatuh terduduk. Jika Muhammad al-Hanafiyah yang malah membuatnya berdiri, maka Muhammad al-Hanafiyah yang menang. Kemudian, ketika itu, Muhammad al-Hanafiyah berhasil membuat orang Romawi itu menjadi berdiri. Jadi, babak pertama (lomba kekuatan) kemenangan berada dipihak Muhammad al-Hanafiyah.” Jelas Khadijah tersenyum bangga.

“babak kedua. Orang Romawi itu memilih berdiri. Maka Muhammad al-Hanafiyah duduk. Kalau yang begini, ada dua pilihan. Orang Romawi harus menarik tangan Muhammad al-Hanafiyah agar Muhammad berdiri, kalau begitu orang Romawi itu yang menang. Pilihan kedua, Muhammad al-Hanafiyah harus bisa membuat orang Romawi jatuh terduduk di tanah, kalau begitu Muhammad al-Hanafiyah yang menang.” Khadijah menjelaskan pertandingan babak kedua.

“Muhammad al-Hanafiyah menarik tangan orang Romawi dengan kencang, hingga orang Romawi itu jatuh terduduk di tanah. Begitulah, babak kedua dan pertama dimenangkan oleh Muhammmad al-Hanafiyah. Hingga akhirnya, kemenangan pun dipihak kaum muslimin. Kedua orang Romawi itu pun akhirnya pulang ke negerinya dengan membawa kehinaan yang memalukan bagi negerinya.” Khadijah terkekeh, membayangkan kekalahan orang Romawi.

“pahlawan Islam itu keren, ya..” Ishiyuta menyeletuk.

“sekarang, pahlawan itu kita.” Khalid menyambung perkataan Ishiyuta.

“hup! Hup!” kemudian dia (Khalid) berakting layaknya pahlawan. Ia berpura-pura menenteng senjata, melayangkan tangan seolah menyabet pedang, dan lainnya.

“kjempeflot Khalid! Memang seharusnya kita seperti itu. Mau menerima tantangan. Tunjukkanlah bahwa Islam itu berwibawa.” Bear membenarkan perkataan Khalid.

“Iya dong.” Khalid mengiyakan. “namanya juga orang Islam..”

“ayo, kita pulang Khadijah. pukul sepuluh nanti aku harus pulang.” Kata Ishiyuta.

“Haik.” Khadijah membalas perkataan Ishiyuta. “oke Bear. Kami pulang dulu yah.. bye-bye.. assalamu’alaikum!” kata Khadijah, Ishiyuta dan Khalid serempak.

“waalaikumussalam..” Bear membalas sambil melambaikan tangan.

 

#cerivitasTantanganMenulis30hari

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

I Always Love You

Berpetualang bersama RobotBear

Tatapan Pertama